“Ah.. aku bisa gila.. aku bisa gila!” Ucapku
sendiri dalam hati seraya memegangi kepalaku. Kenapa wajah pria itu selalu
menghantuiku. Senyumnya, kenapa senyumnya ada di mana-mana. Ada apa denganku!
Aku tak habis pikir, mengapa aku selalu memikirkannya. Ah, kenapa aku harus
bertemu dengannya!
Berawal dari yang namanya PPL, aku satu
kelompok dengan seorang pria tampan. Wajahnya bersih, kulitnya putih, bibirnya
merah delima, hidungnya mancung. Perfect! Namun satu, dia jarang berinteraksi
denganku, meski begitu dia tetap membuatku hampir mendekati gila karena
memikirkannya.
Lelaki keren itu bernama Ray. Entah
mengapa, baru kali ini aku begitu sulit melupakan karismanya. Daya pikatnya
begitu mengharmonisasi hatiku. Pikiranku yang lain semuanya terkudeta karena dia.
Ah.. Tuhan tolong aku!! Aku galaaau!!!
“Ana.. ada yang ditanyakan?” Lamunanku
langsung pecah berkeping-keping begitu mendengar seseorang menyebut namaku. Aku
kelabakan! Aku lupa bahwa saat ini aku sedang berada di forum diskusi islam.
“A.. gak ada.. kak..” Sahutku pada seniorku itu. Aku memang newbi alias anak
baru di organisasi itu, baru seminggu ini aku bergabung.
“Ok.. semuanya sudah pada faham..” Tanya kakak yang bernama ka mike itu.
Semuanya mengangguk kecuali aku, soalnya aku sama sekali tidak memperhatikan
apa yang dibicarakan kak mike tadi.
“Bagaimana ana, paham?” Tanya kak mike yang melihat gelagatku yang
mencurigakan.
“Iya kak.. faham..” Sahutku sambil tersenyum setengah tiang.
Akhirnya forum kajian pun diakhiri, kami
pun bubar. Kulirik jam tanganku, pukul 9.30. Jam 10.00 aku harus ke sekolah,
ada jadwal mengajar hari ini. Ah, ke sekolah lagi.. aku akan ketemu ray lagi!
Tidaakk!!
Aku pun menarik nafasku dalam-dalam kemudian mengehembuskannya perlahan. Ya,
sudahlah.. apa boleh buat. Dengan mengendarai motor matic merah, aku segera ke
sekolah tempatku PPL.
Dia, dia ada di sana. Ray ada di sana!
Dia sedang duduk di tempat piket bersama 2 temanku yang lain. Aku ingat hari
ini hari sabtu, hari ini jadwal piketnya. Kulirik lagi jam tanganku, masih 15 menit
lagi. Aku pun menuju meja piket untuk bergabung bersama teman-teman yang lain,
menunggu bel masuk.
“Ada ngajar An?” Tanya Erika begitu aku
meletakan tasku ke atas meja.
“Iya.. ni bentar lagi..” Sahutku.
Sebenarnya aku tak berani memandang ke arah Ray, tapi mataku tak bisa
berkompromi, aku diam-diam, curi pandang ke arahnya yang sedang membaca buku
tebal, entah apa judulnya. Pria itu tak sekalipun melirik ke arahku.. hm..
ngarep!!
Namun tiba-tiba tak disangka, ray mengangkat wajahnya, menoleh ke arahku. “Oh,
ya, Ngajar kelas berapa?” Tanyanya kepadaku. Ya ampun dia bertanya padaku,
seingatku baru kali ini dia ngobrol denganku. “A.. kelas XI IPA 3..” Sahutku
dengan dada dag dig dug, mau pecah rasanya.
“Boleh nitip ini?” Pria itu menyerahkan selembar amplop untukku. “Tadi baru aja
satpam ngasih, surat sakit untuk guru kelas XI IPA 3″ aku pun mengambil surat itu dengan senyum yang dibuat
seindah mungkin. “Makasih..” Ucapnya. Aku hanya mengangguk. uhhh… senang
banget. Rasanya tu kaya punya sayap terus tu terbang ke angkasa,
berguling-guling di awan kemudian meluncur melewati pelangi lalu..
“Teeet… teeet… teeet… teeet…” Bel tanda istrahat berakhir pun berbunyi,
menghentakkan lamunanku.
“Semangat ya…” Ucap Riko kepadaku. Aku hanya tersenyum. Kemudian mengambil tas,
menuju kelas dengan hati berbunga-bunga.
—
“Aturan islam itu canggih.. islam
mengatur segala aspek, dari aspek ekonomi, politik, sosial.. semua di atur
dalam islam.. Salah satu juga yang diatur oleh islam itu adalah masalah
pergaulan.. perhatikan, islam mengatur hubungan atau cara berinteraksi dengan
sesama manusia, tertutama interaksi dengan yang bukan mahromnya..” Kak mike
duduk di hadapan kami untuk memberikan pencerahan kepada kami-kami yang
berusaha memahami ajaran islam seutuhnya.
Kali ini aku memperhatikan kak mike dengan seksama, aku tak enak untuk
mengabaikannya terus. Mataku pun bertemu dengan mata ka mike.
“Dalam islam, harusnya kehidupan perempuan dan laki-laki non mahrom itu
terpisah, interaksi yang diperbolehkan dalam aspek-aspek tertentu misalnya
kesehatan, muamalah, pendidikan.. Sehingga jika ada interaksi yang dirasa tidak
penting apa lagi hanya senda gurau maka lebih baik dihindari. Laki-laki maupun
perempuan diperintahkan untuk menundukkan pandangannya, karena pandangan yang
tak halal adalah panah iblis yang sangat berbahaya, jadi harus dijauhi..
Kemudian tidak boleh berkhalwat atau berdua-duaan dengan non mahramnya,
termasuk pacaran, dalam islam tak dikenal yang namanya pacaran.. islam
benar-benar menjaga agar tidak timbul yang namanya fitnah, itu juga cara islam
untuk menjaga kehormatan wanita..” Lanjut perempuan berkerudung biru itu.
“Kaa…” Aku mengacungkan tangan,
bertanya.
“Iya ana, ada pertanyaan?” Aku mengangguk.
“Termasuk tidak boleh memikirkan lelaki yang bukan mahram?” Tanyaku polos.
Kak mike mengatur posisi dudukuknya. “Memikirkan dalam hal apa dulu? Kalau
memikirkan karena menginginkannya, karena menyukainya sehingga timbullah
getar-getar dalam dada, itu harus dijauhi.. karena itu akan menjadi zina hati..
memang Ana mikirin siapa?” Tanya kak mike dengan nada bercanda.
Aku hanya cengengesan. “Gak.. kak..” Sahutku seadanya.
Tak terasa kajian islam kami kali itu
berakhir, hari itu aku benar-benar mendapatkan pemahaman yang mengubah pola
pikirku terhadap interaksi dengan lelaki non mahrom.. tentu juga akan mengubah
pola sikapku kepada lelaki non mahrom.
Seperti biasa, setelah diskusi islam itu selesai, aku pergi ke sekolah untuk
mengajar. Aku menarik nafasku dalam-dalam. Aku harus bisa mengendalikan
perasaanku.
Aku telah sampai di sekolah, aku duduk
di tempat piket bersama 2 orang temanku, Erika dan Riko. Tak terlihat Ray di
sana, kutepis rasa penasaranku dan ku ganti dengan rasa bersyukur, paling nggak
hari ini berkurang godaan untukku.. Hmm..
Tiga orang siswa tiba-tiba datang mendekati
kami. “Pak Ray mana bu?” Tanya siswi dengan rambut sebahu itu.
“Izin bentar.. katanya mau jemput seseorang..” Sahut Erika.
“Uh..pasti jemput pacarnya..” Sahut siswi yang lainnya.
Pacar? Ray punya pacar? entah kenapa
dadaku langsung sesak mendengarnya.
“Ya, bisa jadi..” Sahut erika enteng.
“Kami kemarin waktu malam minggu ketemu sama pak ray di cafe bu, dia sama cewek
cantik.. rasanya tuh sakit banget bu.. uh.. kirain masih jomblo gitu…” Sahut
siswi yang berkacamata.
Aku tertunduk lemas.. Ah, kenapa aku
seperti ini? Apa aku patah hati? Untuk apa?
Ini mungkin teguran dan pelajaran buatku
agar aku tak memikirkan ray lagi. Toh, ngapain lagi aku memikirkan ray, dia
bukan mahromku, terus dia melakukan aktivitas yang gak diperbolehkan islam,
yaitu pacaran.. Uh.. aku menarik nafasku dalam-dalam.. Dalam hati aku menghibur
diri. “Perempuan sholehah akan bersama dengan lelaki sholeh..” Jadi stop! Gak
usah mikirin Ray lagi. Aku pun menghembuskan nafas lega.
Tiba-tiba pria yang dulu membuat galau
hatiku berjalan ke arah kami, kali ini dengan senyum terulur, namun entah
mengapa reaksiku biasa saja.. Ternyata benar, pola pikir mempengaruhi pola
sikap.. Jadi, sorry aku gak akan galau lagi karenamu..
Sumber
: